Penelitian, Penalaran, Evidensi, Proposisi, Inferensi, Implikasi Berfikir Deduktif dan Berfikir Induktif

Nama            : Cynthia Puspita Sari Wibowo Putri
NPM               : 11113972
Kelas              : 3KA37

Tugas 1 Softskill  Bahasa Indonesia 2

Soal
  1. Jelaskan pengertian Penalaran, Evidensi, Proposisi, Inferensi dan Implikasi ?
  2. Bagaimana cara menguji Data Fakta dan menilai Autoritas ?
  3. Mengapa Penalaran menjadi komponen penting dalam menyusun sebuah Penelitian? Jelaskan Menurut Anda!
  4. Jelaskan Berfikir Deduktif  dan Berfikir Induktif. Dan masing - masing berikan contoh!

Jawaban

1.      Definisi Penalaran
Penalaran adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan. Ketika seseorang sedang melanarkan sesuatu, maka seseorang tersebut akan mendapat sebuah pemikiran dimana pemikiran tersebut adalah suatu kesimpulan masalah yang sedang dihadapi. Contoh saja kalau kita sedang berkendara dan terjebak di derasnya hujan, apakah yang akan kita lakukan?disitulah nalar kita bekerja. mencari sebuah solusi agar kita bisa terhindar dari derasnya hujan dengan cara memikirkan sesuatu yang bisa dipakai untuk berteduh.

Definisi Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).

Definisi Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan,dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.

Definisi inferensi
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika.
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia.inferensi statistik memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.

Definisi Implikasi
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (=implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (=inferensi).

2.      Cara menguji Data, Fakta, dan Autoritas
·        Cara menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut :
Ø  Observasi
Ø  Kesaksian
Ø  Autoritas

·        Cara menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Cara menguji fakta ada dua yaitu :

Ø  Konsistensi
Ø  Koheresi

·         Cara menguji Autoritas
Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :
Ø     Tidak mengandung prasangka
Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.

Ø     Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasilpenelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.

Ø     Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.

Ø     Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.

3.   Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.

Ø      Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum. Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
v  Generalisasi
v  Analogi
v  Hubungan Kausal (Sebab Akibat)

Ø      Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu. Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
v  Silogisme
v  Entinem

Penalaran menjadi komponen penting dalam menyusun sebuah penelitian.
Penelitian adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:

Ø  Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
Ø  Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
Ø  Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan. Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:

Ø  Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan.
Ø  Dukungan fakta empiric.
ØAnalisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.

4.      Penalaran Deduktif
adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.

Contoh :

Mari kita perhatikan contoh operasi matematika berikut ini:
1.      1 + 3 = 4
2.      3 + 5 = 8
3.      -1 + (-5) = -6
4.      7 + (-3) =4
5.      -5 + 3 = -2

Bila kita menggunakan pola pikir induktif, dari contoh-contoh penjumlahan pada contoh ini kita akan menyimpulkan bahwa“jumlah sembarang dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap”. Namun, kesimpulan ini secara matematis belum bisa diterima kebenarannya.

Walau kita memberi 1001 contoh atau sejuta contoh sekalipun, tetap saja kesimpulan yang berlandaskan pada suatu contoh kasus seringkali belum dapat diterima bila belum dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika, kesimpulan semacam itu baru dikatakan sebagai dugaan saja, istilah kerennya adalah conjecture. Lantas, bagaimana kita bisa membuktikan kesimpulan tersebut secara deduktif?

Mari kita tinjau sebuah pernyataan dugaan sebagai berikut:
“Jumlah sembarang dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap”.
Untuk membuktikannya, kita misalkan bilangan ganjil pertama sebagai g1 = 2n + 1 dan bilangan ganjil kedua sebagai g2 = 2k + 1, dengan n dan k anggota himpunan bilangan bulat.Selanjutnya, kita jumlahkan g1 dan g2, sehingga diperoleh:
g1 + g2 = (2n + 1) + (2k + 1) = 2n + 2k + 2 = 2 (n + k + 1).

Karena ada pengali angka 2 di bagian akhir, pastilah 2 (n+ k + 1) selalu bilangan genap. Dengan demikian, pernyataan yang ditinjau telah terbukti.

Pernyataan yang sudah terbukti kebenarannya secara matematis disebut dengan teorema, dan ini berlaku umum. Artinya, dari teorema ini kita bisa berkata secara sah yakin sepenuhnya bahwa jumlah sembarang dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap. Dari teorema ini kita bisa memberi contoh sebanyak yang kita mau, semau yang kita suka.

Menariknya, meski telah disebutkan bahwa pembuktian dalam matematika itu tidak bisa hanya dengan contoh-contoh semata (tak peduli berapa pun banyak contohnya), tetapi untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu salah bisa cukup dengan hanya memberi satu contoh penyangkal. Maksudnya, jika kita menggunakan pola pikir induktif dan seolah-olah dapat menemukan kesimpulan yang umum, ternyata bisa jadi ada 1 contoh penyangkal yang menggugurkan kesimpulan umum tersebut.

Penalaran Induktif
Pengertian Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.

Contoh :

Mari kita perhatikan beberapa kalimat berikut ini:
1.      Gajah mempunyai mata.
2.      Ayam mempunyai mata.
3.      Ikan mempunyai mata.
4.      Kodok mempunyai mata.
5.      Burung juga mempunyai mata.

Sepintas dari beberapa kalimat ini kita bisa menyimpulkan bahwa “semua hewan mempunyai mata”. Pola pikir atau cara mengambil kesimpulan seperti contoh tersebut, yaitu dengan melihat kasus-kasus khusus kemudian dibuat suatu kesimpulan yang bersifat umum, disebut sebagai pola pikir induktif. Untuk mengambil kesimpulan dengan cara induktif, diperlukan observasi (pengamatan) atau eksperimen yang sungguh-sungguh.

Dari contoh di atas, kita dapat membuat kesimpulan yang lebih luas. Misalnya, berdasarkan pengamatan selama ini diketahui bahwa setiap manusia mempunyai mata. Jika digabungkan dengan kesimpulan sebelumnya, dapat dibuat kesimpulan baru, yaitu “semua hewan dan manusia mempunyai mata”. Bahkan, andaikan melalui eksperimen lebih lanjut diketahui ternyata tumbuhan juga mempunyai mata, dapat muncul kesimpulan yang lebih luas lagi, yaitu “semua makhluk hidup mempunyai mata”.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Saya saat Mengikuti Organisasi

Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi