KONFLIK & MOTIFASI
KONFLIK
Tugas TOU 1 ( Minggu ke-3)
A.
LATAR BELAKANG
Konflik merupakan kondisi yang
terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak
selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak menghalangi, atau
mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya
atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan
sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
B.
PENGERTIAN KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja
Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya
atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan
ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Beberapa
pengertian konflik menurut para ahli yakni sebagai berikut:
1.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan
Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku
dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
2.
Menurut Gibson, et al (1997: 437),
hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat
pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja
sama satu sama lain.
3.
Menurut Robbin (1996), keberadaan
konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika
mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum
konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi
kenyataan.
4.
Menurut minnery (1985), konflik
organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain
berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Pendapat
tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada
keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan
sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa pihak
menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya.
Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik,
terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentengan
dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang
terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang
yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik. Konflik
sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya.
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi)
dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
C.
TEORI-TEORI KONFLIK
Teori-teori utama mengenai
sebab-sebab konflik, dan sasarannya antara lain :
1.
Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang
terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda
dalam suatu masyarakat.
2.
Teori Kebutuhan Manusia
Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh
kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau
dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas,
pengakuan, partisipasi, dan otonomi.
3.
Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang
tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik.
4.
Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang
terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa
lalu yang tidak diselesaikan.
5.
Teori Kesalahpahaman Antar Budaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan
dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
6.
Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya
dan ekonomi.
D.
JENIS-JENIS KONFLIK
Konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, salah satunya dari segi pihak yang terlibat dalam
konflik. Dari segi ini konflik dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu :
1.
Konflik Intrapersonal
Konflik
intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu : ·
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama-sama menarik. · Konflik pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang
dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan. · Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2.
Konflik Interpersonal
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik
interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3.
Konflik individu dengan individu
Konflik
semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan
dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun
antara individu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
4.
Konflik individu dengan kelompok
Konflik
semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun
antara individu karyawan dengan kelompok pimpinan.
5.
Konflik kelompok dengan kelompok
Ini
bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok
pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun
antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
E.
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
Beberapa faktor penyebab terjadinya konflik yakni sebagai
berikut :
1.
Perbedaan individu yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik,
artinya setiap orang memiliki perasaan, logika yang berbeda antara satu dan
yang lain. Perbedaan inilah yang sering menyebabkan konflik sosial, sebab dalam
menjalani hidup sosial seorang tidak selalu sejalan dengan orang yang lainnya.
Misalnya ada acara pesta hiburan ada yang merasa senang dengan pesta itu tetapi
adapula yang terganggu dengan acara itu karena berisik.
2.
Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya,pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu konflik.
3.
Perbedaan kepentingan antara individu
atau kelompok. Manusia memiliki pendirian, logika dan perasaan yang berbeda
maupun latarbelakang budaya yang berbeda. Oleh sebab itu,dalam waktu yang
bersamaan,masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,tetapi untuk
tujuan yang berbeda.
4.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat
dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah suatu yang lazim dan wajar
terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak,perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya,pada masyarakat
pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industi.Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya.
F.
DAMPAK KONFLIK
Sejatinya dampak konflik yang terjadi diantara seseorang
dengan orang lain ataupun dengan suatu kelompok dengan kelompok lain memberikan
dua dampak yakni bisa dampak positif ataupun bisa dampak negatif .
Dampak positif dari konflik yaitu:
1.
Mendorong untuk kembali mengkoreksi
diri : Dengan adanya konflik yang terjadi, mungkin akan membuat kesempatan bagi
salah satu ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir
ulang tentang kenapa bisa terjadi perselisihan ataupun konflik diantara mereka.
2.
Meningkatkan Prestasi : Dengan
adanya konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan oleh konflik menjadi
merasa mempunyai kekuatan extra sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan
sukses dan tidak pantas untuk “dihina”.
3.
Mengembangkan alternative yang baik
: Bisa saja dengan adanya konflik yang terjadi diantara orang per orang,
membuat seseorang berpikir dia harus mulai mencari alternatif yang lebih baik
dengan misalnya bekerja sama dengan orang lain mungkin.
Dampak negatif dari konflik yakni :
1.
Menghambat kerjasama : Sejatinya
konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk terhadap kerjasama
yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang akan
direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.
2.
Apriori : Selalu berapriori terhadap
“lawan”. Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya permasalahan, jika
melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan konflik kita.
3.
Saling menjatuhkan : Ini salah satu
akibat paling nyata dari konflik yang terjadi diantara esame orang di dalam
suatu organisasi, akan selalu muncul tindakaan ataupun upaya untuk saling
menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan
penuh dengan masalah.
G.
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan
dalam dua dimensi ialah kerjasama/ tidak kerjasama dan tegas/ tidak tegas.
Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan
penyelesaian konflik ialah :
1.
Kompetisi Penyelesaian konflik yang
menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian
bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2.
Akomodasi Penyelesaian konflik yang
menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian
pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses
tersebut adalah taktik perdamaian.
3.
Sharing Suatu pendekatan
penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu
pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran
moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4.
Kolaborasi Bentuk usaha penyelesaian
konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan
problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5.
Penghindaran Menyangkut
ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan
kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
H.
KESIMPULAN
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi.
Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik
yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak
sempurna dapat menciptakan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus
dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan
dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi
mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
I.
SARAN
Janganlah sering membuat masalah-masalah yang akan
menimbulkan konflik. Dan jika kamu ingin menyelesaikan sebuah konflik maka
selesaikanlah dengan cara yang positif seperti, cara kompetisi, akomodasi,
sharing, kolaborasi dan penghindaran. Karena itu semua merupakan cara selain
dapat menyelesaikan konflik juga berdampak positif bagi kita semua.
MOTIFASI
A.
LATAR BELAKANG
Aktivitas
belajar kegiatan yang tidak terlepas dari faktor lain. Belajar tidak akan
pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih
utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya.
Faktor lain yang mempengaruhi
aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi
adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu.
Motivasi
bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya
Motivasi
mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada
kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan
dalam aktivitas belajar mengajar.
B.
PENGERTIAN MOTIVASI
Pengertian motivasi menurut beberapa
para ahli :
1.
T. Hani Handoko ( 2003:252),
mengemukakan bahwa motivasi adalah :
“Keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”.
2.
H. Hadari Nawawi (2003:351),motivasi
adalah :
“Suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang
melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”.
3.
Anwar Prabu Mangkunegara (2002:95),
mengatakan mengenai motivasi adalah :
“kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja”.
4.
Henry Simamora (2004:510), definisi
dari motivasi adalah :
“Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya
tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan
imbalan atau hasil yang dikehendki”.
5.
Chung dan Megginson yang dikutip
oleh Faustino Cardoso Gomes (2002:177), menerangkan bahwa motivasi adalah :
“Tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar
suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan”.
Dari
pengertian-pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya
sehingga ia dapat mencapai tujuannya.
C.
KONSEP MOTIFASI
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh
suwanto (2001:150) adalah sebagai berikut
1.
Model Tradisional
Untuk memotivasi pegawai agar gairah
kerja meningkat perlu diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang
kepada pegawai yang berprestasi.
2.
Model Hubungan Manusia
Untuk memotivasi pegawai agar gairah
kerjanya meningkat adalah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat
mereka merasa berguna dan penting.
3.
Model Sumber Daya Manusia
Pegawai dimotivasi oleh banyak
faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan
pekerjaan yang berarti.
D.
MOTIFASI INTRINSIK DAN MOTIFASI
EKSTRINSIK.
1.
Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak
usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku
untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan
belajar itu sendiri.
Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar,
karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar
dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang
lain-lain. “intrinsik motivations are inherent in the learning situations and
meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak
berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang
belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena
ingin pujian atau ganjaran.
2.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu
belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan
nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting
bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai
yang baik,atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa
yang dilakukannyn itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar.
3.
TEORI-TEORI MOTIVASI.
1.
Teori Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori
Kebutuhan)
Abraham Maslow (1943;1970)
mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia
menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan
dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan
Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting :
Ø
Kebutuhan fisiologis (rasa lapar,
rasa haus, dan sebagainya)
Ø
Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan
terlindung, jauh dari bahaya)
Ø
Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa
memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
Ø
Kebutuhan akan penghargaan
(berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
Ø
Kebutuhan aktualisasi diri
(kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik:
keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan
kepuasan diri dan menyadari potensinya).
2.
Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua
faktor)
Menurut Herzberg (1966), ada dua
jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan
menjauhkan diri dari ketidakpuasan.
Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik)
dan faktor motivator (faktor intrinsik).
Ø Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari
ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan,
kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik).
Ø Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha
mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan,
kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
3.
Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan
dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut
teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a)
Karyawan secara inheren tertanam
dalam dirinya tidak menyukai kerja
b)
Karyawan tidak menyukai kerja mereka
harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c)
Karyawan akan menghindari tanggung
jawab.
d)
Kebanyakan karyawan menaruh keamanan
diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
e)
Kontras dengan pandangan negative
ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
f)
Karyawan dapat memandang kerjasama
dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
g)
Orang akan menjalankan pengarahan
diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
h)
Rata rata orang akan menerima
tanggung jawab.
i)
Kemampuan untuk mengambil keputusan
inovatif.
4.
Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan
)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of
motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia
yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat
dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang
ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
Ø
Ekspektasi (harapan) keberhasilan
pada suatu tugas
Ø
Instrumentalis, yaitu penilaian
tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas
(keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
Ø
Valensi, yaitu respon terhadap
outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika
usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
5.
Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc
CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc
Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan
manusia, yaitu:
·
Need for achievement (kebutuhan akan
prestasi)
·
Need for afiliation (kebutuhan akan
hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
·
Need for Power (dorongan untuk
mengatur).
6.
Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER
(Teori “ERG)
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang
didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan
(relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori
maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak
atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel
dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
7.
Teori Penetapan Tujuan (goal setting
theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam
penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
a)
tujuan-tujuan mengarahkan perhatian.
b)
tujuan-tujuan mengatur upaya.
c)
tujuan-tujuan meningkatkan
persistensi.
d)
tujuan-tujuan menunjang
strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
8.
Teori Penguatan dan Modifikasi
Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi
yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi
karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang
bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif.Perilakunya pun ditentukan oleh
persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan
organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula
oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya,
dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan
pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang
dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk
mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan
mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya
konsekwensi yang merugikan.Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik
yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik
tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada
kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi
perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih
teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya
dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah,
yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian
hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang
pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya,
mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan
kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai
tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada
waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang
digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat
manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh
dengan “gaya” yang manusiawi pula.
4.
KESIMPULAN
Motivasi
merupakan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.
Motivasi dapat dibedakan kedalam motivasi intrinsic dan ekstrinsik. Motivasi
intrinsic merupakan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
dapat mendorongnya untuk belajar,misalnya perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut,apakah untuk kehidupannya masa depan
siswa yang bersangkutan atau untuk yang lain. Motivasi ekstrinsik merupakan
keadaan yang datang dari individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar.
Komentar
Posting Komentar